Auto News

some_text

Breaking News

Kopi Asal Garut Sejak Dulu Telah Mendunia




Garut Toleran - Meredup, Karena Matarantai Budidaya Terputus
TANAH Garut sangat cocok ditanami kopi. Bukan sekadar isapan jempol, lantaran sejak lama Garut dikenal penghasil kopi berkualitas. Saatnya, spirit budidaya kopi khas Kota Intan digairahkan kembali.

Kepala Bidang Analisis Potensi dan Evaluasi Pengembangan Komo­di­tas Unggulan Kemen­trian Daerah Tertinggal (PDT) Moh. Jamli Budiono, mengatakan, Kabupaten Garut merupakan daerah yang cocok untuk mena­nam pohon kopi, dan memiliki potensi bagus untuk mengembangkan kopi jenis arabica. 

Bahkan, kata dia, sejak dulu Garut sudah dikenal sebagai daerah penghasil kopi. Makanya masyarakat Garut pun terutama para pejabat dan petani harus bersemangat untuk mengembalikan lagi kejayaan kopi Garut. 

“Salah satu caranya, yakni dengan fasilitas pelatihan. Kami sengaja mengadakan pelatihan dan bekerjasama dengan LPPNU Garut. Kami berharap dengan pelatihan ini, kopi Garut yang dulu pernah mendunia kini kembali mendunia,” kata Jamli didampingi Ketua Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdalatul Ulama (LPPNU) kabupaten Garut, Ir. Deni Ranggajaya usai menutup pelatihan budidaya kopi, Sabtu (16/8/14) lalu. Maksud dan tujuan lainnya dari pelatihan ini, kata Jamli, adalah salah satu cara untuk mengangkat ekonomi masyarakat Garut. Karena dengan pengelolaan tanaman kopi yang baik dan serius, kesejahteraan masyarakat terutama para petani kopi bisa terangkat. 
“Kita juga telah menganalisis kebutuhan kopi dunia hanya bisa terpenuhi sekitar 60 persen. Masih ada potensi pasar sebesar 40 persen lagi. Nah itu peluang yang perlu dimamfaatkan” ucapnya. 

Menurut Jamli, pelatihan dan pendampingan kelompok masyarakat pengelola produk unggulan di kabupaten Garut, yang bekerjasama dengan satuan kerja pembinaan ekonomi dan dunia usaha Kementerian PDT dengan LPPNU Kabupaten Garut ini sangat perlu terus dilakukan secara kontinyu. Agar mata rantai para pengrajin tidak terputus. 

“Penyebab kopi Garut mere­dup karena mata rantai budidayanya terpotong. Pertama kali dikembangkan Belanda beberapa ratus tahun silam. Beberapa perkebunan kopi preanger menjadi perkebunan teh, apel atau karet itu terjadi sampai seka­rang,” ucapnya. 

Jamli menyebutkan, sekarang ini fokus kementrian PDT sedang intensif pada pengembangan ekonomi masyarakat dengan barbasis komoditas unggulan. Makanya, kata dia, dengan usai pelatihan ini tentunya pihak kementrian akan terus memantau dan mengevaluasi untuk mengetahui sejauhmana hasil dari pelatihan itu di tengah masyarakat. “Kami ingin mendorong kesejahteraan masya­rakat melalui produk unggulan di Garut khususnya, ya Kopi tadi. Para duta besar di Jakarta pun sangat menyukai kopi asal Garut,” ujarnya, menambahkan Pemkab Garut harus punya kepedulian, dan pihaknya juga akan bahu membahu bersinergi, bukan hanya berpikir project oriented. “Kalau pusat sudah punya pikiran untuk memberikan beberapa bantuan untuk pemberdayaan masyarakat, nah pemerintah kabupaten yang punya wilayah dan masyarakat ha­rus lebih peduli dong. Masya­rakat kalau tidak didampingi tidak akan mandiri,” kata Jamil. 
Di tempat yang sama Ketua LPPNU Garut, Deni Ranggajaya, menjelaskan peserta pelatihan kopi ini dari kecamatan Ci­sur­upan, Sucinaraja, Pa­ngatikan, Cibiuk, dan Sukawening. “Se­muanya petani kopi asli. Se­dangkan narasumber melibat­kan yang berkompeten di bi­dang­nya.

Tidak ada komentar