Kampung Cimulu, yang Terisolasi Namun Mandiri di Garut
Garut Toleran - Banyak orang tidak mengenal Kampung Cimulu yang terletak di Kecamatan Limbangan, Kabupaten Garut. Kampung ini berbatasan tepat dengan dua kabupaten, yaitu Sumedang dan Bandung. Untuk menuju lokasi ini, perlu waktu hampir 40 menit dengan kendaraan roda dua atau satu jam lebih dengan roda empat dari Kecamatan Cicalengka dengan mengambil arah menuju jalur wisata Curug Cinulang.
Namun, bila ditanya Kareumbi Wetan, masyarakat tentu tahu dengan sebutan itu. Tempat wisata yang menyajikan nuansa alam serta terdapat area berkemah di atas pohon (rumah pohon) dan konservasi rusa, tepatnya Taman Buru Masigit Kareumbi (TBMK) setelah melawati tempat wisata Curug Cindulang, di mana para wisatawan sering berkunjung ke tempat itu untuk memanjakan diri setelah bosan dengan hirup pikuk perkotaan.
Setelah melewati rimbunan hutan tropis Taman Buru Masigit Kareumbi, di ujung jalan sudah mulai tampak deret rumah-rumah panggung yang dikelilingi oleh bukit, dan sampailah di perkampungan itu. Kampung tersebut memiliki lahan seluas delapan hektar dan hingga sekarang tidak bertambah.
Kampung Cimulu tergolong dusun yang memiliki jumlah kepala keluarga (KK) sedikit, yaitu 9, meskipun begitu mereka tidak hirau dengan keterbatan, dan hidup di tengah hutan. Untuk menyambung hidup, warga Kampung Cimulu kebanyakan menggantung nasibnya pada berkebun.
“Kita di sini hanya berkebun, tapi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari kita tercukupi, dari mulai makan minum dan lain-lain,” ucap Mak Nyai selaku Kepala Dusun.
Selain itu, tidak masuknya listrik bukan penghalang bagi mereka. Warga menyadari bahwa sumber daya alam di sekitarnya begitu melimpah, seperti memanfaatkan air untuk bercocok tanam sebagai pembangkit listrik tenaga air (PLTA) pula. Dan hal tersebut diaplikasikan oleh mereka untuk memanfaatkan arus hulu sungai Citarik. Beberapa tahun ke belakang, pemanfaatan hulu Sungai Citarik menuai kebanggan bagi warga dengan memperoleh listrik kemudian menyalurkannya ke seluruh rumah.
“Meskipun tidak masuk PLN, tapi listrik warga terpenuhi oleh PLTA sederhana yang dibuat di sungai Citarik. Meskipun listriknya terbatas, tapi kami merasa terpenuhi,” ujarnya saat ditemui di lokasi.
Keterbatasan turbine yang untuk menghidupkan listrik, Mak Nyai tidak tanggung-tanggung, kali ini tenaga matahari yang dimanfaatkan untuk menerangi rumah-rumah di kampungnya. Dengan memasang panel surya di setiap atap rumah, kampung Cimulu tidak nampak gelap saat memasuki malam. Dan itu merupakan kecukupan bagi mereka.
“Kalau malam mah nyala, nggak kaya dulu, rada susah. Ini memakai tenaga matahari, jadi bisa ada lampu kalau malam,” ucapnya sambil ketawa kecil.
Kampung Cimulu tergolong kampung terisolir karena terletak di tiga batas wilayah kabupaten antara Garut, Bandung dan Sumedang. Namun hal tersebut bukan masalah besar, adanya PLTA sederhana dan surya panel, membuat kampung ini hidup dan terbilang kampung mandiri.
sumber: gosipgarut
Tidak ada komentar