Kementan Jadikan Garut Sebagai Lumbung Jagung
Garut Toleran - Kementerian Pertanian (Kementan) akan menjadikan Kabupaten Garut, Jawa Barat sebagai lumbung jagung untuk memenuhi kebutuhan di Jakarta sehingga tak lagi dipasok dari provinsi lain disamping dalam upaya memotong jalur distribusi.
“Intinya kita akan dekatkan produsen ke konsumen sehingga harga bisa lebih murah dan selalu tersedia,” kata Menteri Pertanian, Amran Sulaiman kepada pers, di Garut, Rabu (23/3).
Hal tersebut disampaikan usai dirinya panen jagung, di Desa Pangeureunan, Kecamatan Limbangan, Kabupaten Garut, yang antara lain dihadiri Wakil Gubernur Jawa Barat Dedy Mizwar dan Wakil Bupati Garut Helmy Budiman.
Dikatakan, saat ini luas lahan jagung di Garut mencapai 1.800 hektare dan akan ditingkatkan menjadi 5.000 hektare. Amran mengatakan, dengan dijadikan Garut sebagai lumbung jagung maka jika Jakarta membutuhkan komoditas tersebut maka bisa segera dipasok.
Mentan mengatakan, selama ini letak geografis yang jauh antara produsen jagung di provinsi lain ke Jakarta menjadi salah satu penyebab kebutuhan di ibukota negara itu alami kelangkaan dan harga tinggi. Selain jagung, Garut juga dimungkinkan akan menjadi sentra bawang merah untuk bisa dipasok ke Jakarta. “Garut juga akan kita jadikan lumbung bawang merah ke Jakarta,” katanya.
Wakil Bupati Garut, Helmy Budiman mengatakan, kabupatennya siap menjadi lumbung jagung ke Jakarta mengingat selama ini wilayahnya sudah dikenal sebagai produsen jagung. Dari lima desa di Kabupaten Garut dengan luasan garapan 3.500 hektare didapat produksi sebanyak 42.000 ton.
Sasaran tanam jagung Jawa Barat tahun 2016 seluas 195.752 hektare dengan target produksi hampir 1,3 juta ton dan kontribusi Kabupaten Garut sendiri mencapai 45,28 persen yakni seluas 82.010 hektare dengan sasaran produksi 586.207 ton atau setara dengan Rp1,8 triliun. “Garut selama ini memang sudah menjadi pemasok jagung ke Jakarta dan siap untuk ditingkatkan pasokan jika memang diinginkan,” kata Helmy.
Dikatakan, kabupatennya tahun lalu masih banyak yang melakukan tanaman tumpang sari tapi tahun ini sudah mulai menanam tanaman sejenis dalam satu lahan, sehingga produksinya bisa lebih optimal.
Peningkatan Produksi Jagung Harus Mensejahterakan Petani
Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar menyatakan upaya pemerintah meningkatkan produktivitas hasil pertanian seperti jagung harus memberikan dampak kesejahteraan kepada petaninya.
“Jangan sampai nanti tingkat produksi meningkat tapi petaninya tidak sejahtera,” kata Deddy.
Ia menuturkan, pemerintah sedang berupaya menggenjot produktivitas berbagai hasil tani seperti jagung hibrida di Kabupaten Garut. Berdasarkan tingkat produktivitas, kata Deddy, Kabupaten Garut merupakan penghasil jagung terbesar di Jawa Barat yang mampu memasok pasar Jakarta. “Garut ini penghasil jagung terbesar, kalau padi di Indramayu, kalau jagung Garut nomor satu, 60 persen diproduksi di Jabar itu dari Garut,” katanya.
Menurut dia upaya pemerintah meningkatkan produksi jagung itu dipastikan akan memberikan dampak kesejahteraan bagi petani karena ada pasarnya. Bahkan, lanjut dia, pemerintah melalui Bulog siap membeli jagung dari petani dengan harga Rp3200 per kg. “Bagaimana sekarang ini jagung di kebun langsung dibeli Bulog Rp3.200,” kata Deddy.
Ia berharap, kesejahteraan dari hasil produksi jagung itu dirasakan dari mulai hulu sampai hilir. “Kesejahteraan petaninya itu harus dari hulu sampai hilir itu yang harus dijaga,” katanya.
Sumber: jurnalasia
“Intinya kita akan dekatkan produsen ke konsumen sehingga harga bisa lebih murah dan selalu tersedia,” kata Menteri Pertanian, Amran Sulaiman kepada pers, di Garut, Rabu (23/3).
Hal tersebut disampaikan usai dirinya panen jagung, di Desa Pangeureunan, Kecamatan Limbangan, Kabupaten Garut, yang antara lain dihadiri Wakil Gubernur Jawa Barat Dedy Mizwar dan Wakil Bupati Garut Helmy Budiman.
Dikatakan, saat ini luas lahan jagung di Garut mencapai 1.800 hektare dan akan ditingkatkan menjadi 5.000 hektare. Amran mengatakan, dengan dijadikan Garut sebagai lumbung jagung maka jika Jakarta membutuhkan komoditas tersebut maka bisa segera dipasok.
Mentan mengatakan, selama ini letak geografis yang jauh antara produsen jagung di provinsi lain ke Jakarta menjadi salah satu penyebab kebutuhan di ibukota negara itu alami kelangkaan dan harga tinggi. Selain jagung, Garut juga dimungkinkan akan menjadi sentra bawang merah untuk bisa dipasok ke Jakarta. “Garut juga akan kita jadikan lumbung bawang merah ke Jakarta,” katanya.
Wakil Bupati Garut, Helmy Budiman mengatakan, kabupatennya siap menjadi lumbung jagung ke Jakarta mengingat selama ini wilayahnya sudah dikenal sebagai produsen jagung. Dari lima desa di Kabupaten Garut dengan luasan garapan 3.500 hektare didapat produksi sebanyak 42.000 ton.
Sasaran tanam jagung Jawa Barat tahun 2016 seluas 195.752 hektare dengan target produksi hampir 1,3 juta ton dan kontribusi Kabupaten Garut sendiri mencapai 45,28 persen yakni seluas 82.010 hektare dengan sasaran produksi 586.207 ton atau setara dengan Rp1,8 triliun. “Garut selama ini memang sudah menjadi pemasok jagung ke Jakarta dan siap untuk ditingkatkan pasokan jika memang diinginkan,” kata Helmy.
Dikatakan, kabupatennya tahun lalu masih banyak yang melakukan tanaman tumpang sari tapi tahun ini sudah mulai menanam tanaman sejenis dalam satu lahan, sehingga produksinya bisa lebih optimal.
Peningkatan Produksi Jagung Harus Mensejahterakan Petani
Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar menyatakan upaya pemerintah meningkatkan produktivitas hasil pertanian seperti jagung harus memberikan dampak kesejahteraan kepada petaninya.
“Jangan sampai nanti tingkat produksi meningkat tapi petaninya tidak sejahtera,” kata Deddy.
Ia menuturkan, pemerintah sedang berupaya menggenjot produktivitas berbagai hasil tani seperti jagung hibrida di Kabupaten Garut. Berdasarkan tingkat produktivitas, kata Deddy, Kabupaten Garut merupakan penghasil jagung terbesar di Jawa Barat yang mampu memasok pasar Jakarta. “Garut ini penghasil jagung terbesar, kalau padi di Indramayu, kalau jagung Garut nomor satu, 60 persen diproduksi di Jabar itu dari Garut,” katanya.
Menurut dia upaya pemerintah meningkatkan produksi jagung itu dipastikan akan memberikan dampak kesejahteraan bagi petani karena ada pasarnya. Bahkan, lanjut dia, pemerintah melalui Bulog siap membeli jagung dari petani dengan harga Rp3200 per kg. “Bagaimana sekarang ini jagung di kebun langsung dibeli Bulog Rp3.200,” kata Deddy.
Ia berharap, kesejahteraan dari hasil produksi jagung itu dirasakan dari mulai hulu sampai hilir. “Kesejahteraan petaninya itu harus dari hulu sampai hilir itu yang harus dijaga,” katanya.
Sumber: jurnalasia
Tidak ada komentar