Auto News

some_text

Breaking News

Biarkan Petani Nikmati Keuntungan Naiknya Harga Cabai

Garut Toleran - Melambungnya harga cabai rawit yang sempat menembus hingga Rp 150.000 per kilogram, membawa berkah tersendiri bagi kalangan petani komoditi pertanian. Akan tetapi di lain sisi, konsumen mengeluh akibat tidak mampu menjangkau harga cabai rawit yang semakin pedas.

Situasi seperti saat ini, memang belum tentu terjadi setiap tahun. Bagi petani cabai tentunya merupakan momen untuk mendapatkan keutungan lebih banyak dibanding biasanya. Keuntungan saat harga melambung, juga sebagai penyeimbang dikala cabai rawit, termasuk cabai besar lainnya harganya anjlok.

"Jadi biarkan saja petani cabai rawit tengah gembira menikmati keuntungan. Soal nantinya harga turun ke titik normal, ya wajar saja," tutur Ketua Asosiasi Agribisnis cabai Indonesia (AACI) Kabupaten Ciamis Pipin Arip Apilin, Minggu 15 Januari 2017.

Dia mengatakan harga hasil komoditi pertanian tersebut, sangat dipengarui oleh mekanisme pasar. Dengan demikian, saat penawaran sedikit, otomatis harga naik. Demikian pula sebaliknya. Jadi, lanjutnya, biarkan pasar yang menentukan.

"Cabai rawit kan bukan bahan pokok, sehingga biarkan pasar yang menentukan. Saya juga termasuk yang kurang setuju, dengan pelibatan pemerintah menunrukan harga cabai rawit. Alasannya hanya satu, cabai rawit itu bukan makanan pokok, berbeda dengan beras, gandum," tuturnya.

Pipin yang juga Ketua KTNA CIamis, menyatakan, ketika harga cabai rawit anjlok atau tidak laku, pemerintah tidak ikut campur tangan. Dengan demikian, ketika harga cabai sedang naik, tentunya biarkan pasar yang menentukan harga. Terlebih selama ini yang lebih banyak disoroti adalah cabai rawit, sedangkan cabai lainnya juga masih banyak.

Demikian pula mestinya pemerintah tidak hanya fokus pada cabai, akan tetapi juga komoditi pertanian lain seperti tomat. Saat harga tomat anjlok, hingga banyak petani memilih menelantarkan kebun, tidak ada upaya pemerintah membeli tomat.

"Kenyataan di lapangan memang petani mendapat keuntungan, akan tetapi rantai pasar cukup panjang, sehingga harga di pasar melambung tinggi. Jadi, saya kira pemerintah tidak perlu pusing memikirkan harga cabai rawit," katanya.

Dia juga sepakat dengan langkah petai yang menolak menjual cabai rawit oleh salah satu badan urusan negera , karena harga yang diajukan di bawah harga petani saat ini. Memang, cabai terbut nantinya akan digunakan untuk pasar murah, akan tetapi justru merugikan petani.

"Jika harga yang diajukan sesuai dengan harga di tingkat petani, tentunya petani juga dengan rela menjualnya. Kami dapat memahami kekecewaan itu, akan tetapi nasib petani cabai juga tidak boleh diabaikan. Biarkan mereka menikmati harga mahal, toh waktunya tidak lama," ujar Pipin. (pikiran-rakyat)

Tidak ada komentar