Garut Produksi 200 Ribu Meter Kubik Kayu Tiap Tahun
Garut Toleran - Reboisasi atau penghijauan di Kabupaten Garut digencarkan melalui penanaman pohon kayu bernilai ekonomi tinggi di kawasan hutan rakyat, selain reboisasi di kawasan hutan yang dikelola Balai Konservasi Sumber Daya Alam dan Perhutani.
Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Garut, Sutarman, mengatakan perkembangan hutan rakyat di Kabupaten Garut sangat pesat. Hal ini disebabkan terus bertambahnya peminat bisnis penanaman pohon kayu di Kabupaten Garut.
"Selain menguntungkan bagi warga, prospek penanaman pohon kayu ini sangat cerah. Secara tidak langsung, hutan produktif ini berdampak pada penghijauan atau reboisasi yang ujungnya pada kelestarian lingkungan," kata Sutarman, Jumat (13/2).
Penyuluhan pun diberikan kepada para petani kayu supaya menjaga rentang waktu supaya tidak semua pohon dipanen dalam satu waktu. Sehingga, hutan pun lestari dalam waktu lebih lama dan penebangannya terorganisasi.
Pemerintah RI, katanya, bahkan memberikan pinjaman atau dana kredit bagi para pengusaha yang mampu mempertahankan pohonnya untuk tidak ditebang dalam jangka waktu lebih lama.
"Tanaman kayu yang ditanam di hutan rakyat kebanyakan kayu alba, jati kebon, mahoni, suren, ekaliptus, dan sebagainya. Setelah ditebang pun, lokasinya kembali ditanami benih pohon," katanya.
Reboisasi ini, katanya, berdampak pada pengurangan dampak kerusakan lingkungan seperti banjir bandang, longsor, dan global warming. Sekaligus, bisnis ini pun dapat meningkatkan taraf ekonomi warga.
Berdasarkan data dari Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Garut 2014-2019, Garut memiliki 75.928 hektare hutan lindung, 15.740 hektare hutan konservasi, dan 44.010 hektare hutan rakyat.
"Garut menghasilkan sekitar 200 ribu meter kubik kayu per tahun. Setiap dipanen, akan kembali ditanam sehingga hutan akan terus tumbuh," katanya.
Musuh utama pelestarian hutan di Garut, katanya, adalah penebangan liar. Hal ini terjadi di Pakenjeng, Cikelet, Pasirwangi, Samarang, dan beberapa kecamatan lainnya. Perusakan alam ini menyebabakan banjir bansang dan longsor semakin sering terjadi di Garut.
sumber: http://jabar.tribunnews.com/
Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Garut, Sutarman, mengatakan perkembangan hutan rakyat di Kabupaten Garut sangat pesat. Hal ini disebabkan terus bertambahnya peminat bisnis penanaman pohon kayu di Kabupaten Garut.
"Selain menguntungkan bagi warga, prospek penanaman pohon kayu ini sangat cerah. Secara tidak langsung, hutan produktif ini berdampak pada penghijauan atau reboisasi yang ujungnya pada kelestarian lingkungan," kata Sutarman, Jumat (13/2).
Penyuluhan pun diberikan kepada para petani kayu supaya menjaga rentang waktu supaya tidak semua pohon dipanen dalam satu waktu. Sehingga, hutan pun lestari dalam waktu lebih lama dan penebangannya terorganisasi.
Pemerintah RI, katanya, bahkan memberikan pinjaman atau dana kredit bagi para pengusaha yang mampu mempertahankan pohonnya untuk tidak ditebang dalam jangka waktu lebih lama.
"Tanaman kayu yang ditanam di hutan rakyat kebanyakan kayu alba, jati kebon, mahoni, suren, ekaliptus, dan sebagainya. Setelah ditebang pun, lokasinya kembali ditanami benih pohon," katanya.
Reboisasi ini, katanya, berdampak pada pengurangan dampak kerusakan lingkungan seperti banjir bandang, longsor, dan global warming. Sekaligus, bisnis ini pun dapat meningkatkan taraf ekonomi warga.
Berdasarkan data dari Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Garut 2014-2019, Garut memiliki 75.928 hektare hutan lindung, 15.740 hektare hutan konservasi, dan 44.010 hektare hutan rakyat.
"Garut menghasilkan sekitar 200 ribu meter kubik kayu per tahun. Setiap dipanen, akan kembali ditanam sehingga hutan akan terus tumbuh," katanya.
Musuh utama pelestarian hutan di Garut, katanya, adalah penebangan liar. Hal ini terjadi di Pakenjeng, Cikelet, Pasirwangi, Samarang, dan beberapa kecamatan lainnya. Perusakan alam ini menyebabakan banjir bansang dan longsor semakin sering terjadi di Garut.
sumber: http://jabar.tribunnews.com/
Tidak ada komentar