Bupati Garut Kaget Bangunan MI Al Ikhlas Terbuat Dari Bilik Bambu
Meski demikian, Rudy mengaku tidak bisa menggunakan Dana Alokasi Khusus (DAK) 2015 untuk memperbaiki sekolah ini. Pasalnya sekolah tersebut tidak berstatus sebagai sekolah negeri.
“Sekolah ini statusnya bukan negeri, melainkan Ibtidaiyah, sehingga pembangunannya tidak bisa menggunakan DAK 2015. Kewenangannya ada di Kementrian Agama. Tapi cara terbaik yang bisa dilakukan awal adalah dengan penggunaan dana CSR dari Bank Jabar. Jumlahnya Rp10 juta. Sementara untuk tambahannya kami akan mengimbau rekan-rekan dari DPRD Kabupaten Garut, untuk menggunakan dana aspirasi untuk pembangunan sekolah ini,” ujarnya.Saat disinggung mengenai bantuan program pembangunan sekolah-sekolah yang ada di Kabupaten Garut, Rudy menilai memang pembangunan sekolah ini sangat dibutuhkan,
“Dana bantuan adanya untuk sekolah negeri, tidak untuk Ibtidaiyah, Tsanawiyah, maupun Aaliyah. Namun kami tetap akan membantu membangunnya karena sekolah-sekolah tersebut membuat anak-anak kita pintar. Lihat saja dengan fasilitas sekurang ini, anak-anaknya bisa cerdas,” katanya.
Rudy menambahkan, berdasarkan laporan para camat, sebanyak 40 persen sekolah di Garut perlu diperbaiki. Dia menyebut sebagian besar sekolah ini tidak memenuhi syarat.
“Apalagi amanat Mentri Pendidikan bahwa sekolah adalah tempat untuk bermain. Bahkan di kota-kota besar banyak sekolah yang tak memiliki lapangan upacara, sedangkan di perdesaan lahannya luas namun infrastrukturnya kurang baik,” katanya.Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut, ucapnya, akan mendapatkan Dana Alokasi Khusus untuk pendidikan ini dengan jumlah cukup besar, yaitu Rp56 miliar.
“Nah kita tak akan gunakan anggaran tersebut untuk pengadaan buku, namun 80 persennya akan digunakan untuk bangunan sekolah,” katanya.
MI Al Ikhlas ini memiliki dua ruangan kelas. Ruangan kelas tersebut terbuat dari bilik bambu tanpa meja dan bangku.
Jumlah para siswa di sekolah ini total sebanyak 80 orang. Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dibagi ke dalam tiga rombongan belajar (Rombel).
Seorang siswa kelas 4 MI Al Ikhlas, Ai Sri (10), mengaku tidak nyaman saat belajar di dalam ruangan kelas sekolahnya ini.
“Kalau musim hujan, air masuk ke dalam kelas. Sementara kalau kemarau, berdebu,” tuturnya.
sumber: gapuraindonesia
Tidak ada komentar