REVIEW FILM INVESTIGASI "SPOTLIGHT" (2015)
Spotlight merupakah sebuah karya film investigasi yang di angkat dari kisah nyata di Boston Globe, Amerika Serikat. Yang menceritakan tentang bagaimana tim investigasi koran di Boston ini bekerja dan mengungkap kebenaran yang ada, melakukan liputan tentang pelecehan seksual yang dilakukan para pastor katholik terhadap anak-anak di gereja.
Film spotlight juga di bintangi oleh lima pemain utama. Yaitu, Mark Ruffalo, Michael Keaton, Rachel McAdams, Liev Schreiber, dan Stanley Tucci berhasil memainkan film spotlight ini dengan sangat apik. Sehingga, pesan yang ingin disampaikan dari film tersebut dapat tersampaikan dengan sempurna.
Film ini dapat menjad referensi bagi para pelajar atau mahasiswa yang sedang mendalami pendidikan jurnalistik. Bahkan tak hanya itu, film ini juga dapat di jadikan pacuan bagi para jurnalis indonesia dalam menyikapi sebuah kasus investigasi/ kasus-kasus besar yang dapat memakan waktu proses yang sangat lama.
Dalam film Spotlight disampaikan amanat tugas utama seorang jurnalis yang sebenarnya. Tugas utama seorang jurnalis adalah demi kepentingan publik dan bersikap independen dalam pemberitaan. Dalam konteks jurnalisme di Amerika Serikat (AS), misalnya berita-berita investigatif dinilai memenuhi gambaran ideal kepentingan publik di media massa dan karakter jurnalis yang independen.
Apa yang digambarkan dalam film Spotlight itu adalah tugas jurnalis yang ideal, karena berani mengungkapkan isu-isu yang sensitif, tanpa berkesan menghakimi dan memberikan ruang bagi para korban untuk menyuarakan suaranya.
Tim Spotlight yang berjumlah empat orang, yaitu Mike Rezendes (Mark Ruffalo), Sacha Pfeiffer (Rachel McAdams), dan Matty Carroll (Brian d’Arcy James) yang bertugas sebagai reporter, serta Walter Robinson (Michael Keaton) sebagai editor dalam tim investigasi tersebut. Tugas mereka adalah mengkaji ulang dan mengumpulkan bukti sebanyak-banyaknya dalam kasus ini. Menginginkan investigasi yang mendalam, tim ini membutuhkan waktu satu tahun untuk mengangkat semuanya ke permukaan publik.
Elemen – elemen jurnalisme menjadi sangat kuat dalam setiap proses yang Spotlight jalani, ketika mereka harus menyampaikan kebenaran walaupun harus berhadapan dengan salah satu institusi keagamaan yang cenderung sensitif untuk dikritik keras. Loyalitas utama jurnalisme adalah kepada masyarakat, merupakan salah satu elemen jurnalisme yang menjadi dasar pemikiran tim Spotlight dalam mengungkapkan kebenaran.
Agenda setting adalah upaya media untuk membuat pemberitaannya tidak semata-mata menjadi saluran isu dan peristiwa. Ada strategi, ada kerangka yang dimainkan media sehingga pemberitaan mempunyai nilai lebih terhadap persoalan yang muncul. Idealnya, media tak sekedar menjadi sumber informasi bagi publik. Namun juga memerankan fungsi untuk mampu membangun opini publik secara kontinyu tentang persoalan tertentu, menggerakkan publik untuk memikirkan satu persoalan secara serius, serta mempengaruhi keputusan para pengambil kebijakan.
Agenda Setting itu dilakukan oleh Boston Globe ketika peristiwa 9/11 terjadi. Peristiwa yang merupakan empat serangan bunuh diri yang telah diatur terhadap beberapa target di New York City dan Washington, D.C. pada 11 September 2001 yang dilakukan oleh kelompok militan Islam, al-Qaeda. Semua fokus utama para jurnalis Boston Globe dialihkan pada hal ini, tidak terkecuali Spotlight, mereka harus menghentikan aktivitas mereka dan mengalihkan fokus pada peristiwa 9/11. Sebuah dinamika pada industri media dan itu biasa terjadi. Sebuah bumbu yang menghambat proses pemecahan kasus pelecehan seksual oleh pemuka agama yang seharusnya membimbing iman umatnya bukan menodai hak asasi manusia umatnya, kasus yang sudah terkubur puluhan tahun lamanya.
Independensi menjadi pertimbangan yang sangat sering mengombang – ambing para jurnalis, itu juga tentu dialami oleh para jurnalis Spotlight. Bagaimana Walter “Robby” Robinson (Michael Keaton) sebagai seorang editor Spotlight yang merupakan warga asli Boston mendapatkan tekanan yang besar dari teman – temannya. Alasan bahwa Gereja telah menjadi pengaruh yang sangat besar bagi kota dari segi politik hingga ekonomi, masyarakat masih membutuhkan pegangan dalam kehidupan melalui agama, hingga membawa nama pimpinan Robby yang baru, Marty Baron (Liev Schreiber) yang merupakan seorang Yahudi dan merupakan pendatang di Kota Boston sehingga Marty hanya memikirkan kepentingannya saja. Semua alasan itu dilemparkan kepada Robby, yang bisa saja mempengaruhi keputusan jurnalistik dari Robby akan setiap langkahnya.Bagaimana Sacha Pfeiffer (Rachel McAdams) harus berulang kali merenungkan segala tulisannya karena ia juga selalu menemani neneknya setiap pekan berdoa di Gereja namun dia justru “menyerang” gereja itu sendiri. Pengaruhnya menjadi sangat besar setelah tahap investigasi yang ia lakukan mencapai puncaknya, Ia tidak lagi menemani neneknya beribadah untuk sementara waktu. Ketika ia harus memikirkan salah seorang narasumber yang harus mengakui orientasi seksualnya karena dilecehkan mungkin oleh salah satu pastor yang pernah memberikan khotbah padanya, berdoa sekarang menjadi sebuah persoalan.
Selain itu jurnalis juga harus memberi forum bagi publik untuk kritik maupun dukungan warga. Selain harus menyajikan fakta, wartawan harus berpegang kepada standar kejujuran yang sama atau kesetiaan kepada kepentingan publik. Media harus mampu menjadi ajang saling-kritik dan menemukan kompromi. Forum yang disediakan untuk itu harus untuk komunitas seutuhnya, bukan hanya untuk kelompok yang berpengaruh atau yang secara demografi menarik. Seperti pada Spotlight, setelah melakukan investigasi, mendatangi narasumber, melakukan riset, menulis pemberitaannya, kemudian merilisnya, mereka juga tetap menyediakan sarana kesaksian bagi para korban pelecehan seksual yang belum mereka angkat, yang masih takut untuk bersuara. Namun setelah pemberitaan itu tersebar luas, dering telepon saling bersahutan di kantor Spotlight, panggilan harapan dari orang – orang yang berani mengungkapkan sisi gelap yang mereka sembunyikan, karena keberanian beberapa orang wartawan.
Tidak ada komentar